KABAR SAROLANGUN –Kegiatan Kenduri Swarnabhumi dalam rangka meningkatkan peradaban sungai Batanghari bakal dilakukan di Kabupaten Sarolangun sebagai salah satu anak cabang sungai Batanghari yakni Sungai Batang Tembesi Sarolangun.
Kegiatan Swarnabhumi ini sudah dimulai dari Kabupaten Dharmasraya oleh Gubernur Jambi Dr Alharis, S.Sos, MH pada 24 Agustus 2022 yang lalu.
Sebagai salah satu jalur sungai Batanghari, Kabupaten Sarolangun juga ikuti berpartisipasi dalam rangka kegiatan tersebut. Untuk mengenang ataupun melihat secara historis sungai Batanghari, yang diketahui bahwa zaman dulu bahwa sungai Batanghari merupakan urat nadi perekonomian zaman keemasan dulu.
Kadis Dikbud Sarolangun Helmi, SH, MH mengatakan bahwa kegiatan tersebut akan dilaksanakan selama empat hari dari 1-4 September 2022.
Dalam kegiatan tersebut berbagai rangkaian kegiatan bakal dilaksanakan mulai dari kegiatan kreatifitas anak usia dini dengan pengecapan lapek Semendo, Stand Pameran, Pawai Budaya, Senam Massal, pentas kreatifitas seni budaya dan malam beramai-ramai.
“Saat ini apa sih peran masyarakat yang bisa untuk membangkitkan dan berbuat untuk keselarasan alam, maka diadakan untuk berpartisipasi dalamsu kegiatan Swarna bumi. Daerah yang anak cabang dari sungai Batanghari juga ikut berpartisipasi untuk mengangkat harkat dari pada sungai Batanghari. Model kegiatan sesuai dengan ke Khasan daerah dikaitkan dengan nilai budaya dan sosial ataupun yang lain,” katanya, Selasa (30/08/2022).
Helmi menjelaskan dalam kegiatan Kenduri Swarnabhumi ini, pihaknya mengangkat budaya Lapek Semendo yang akan diangkat dan dikenalkan ke masyarakat luas. Diketahui bahwa budaya Lapek Semendo ini merupakan adat istiadat tanda kasih sayang orang tua dan induk bako.
“Untuk di kabupaten Sarolangun kita akan mengangkat nilai adat istiadat itu dalam bentuk Lapek Semendo, merupakan suatu tradisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat Sarolangun. Lapek Semendo merupakan tanda kasih sayang orang tua dan induk bako, untuk mengurus keponakan yang sudah melangsungkan pernikahan dengan bentuk mengantar kepada pihak perempuan dengan melengkapi berbagai harta bawaan atau tepung Bao, dan yang lain,” katanya.
Menurut Helmi, tradisi lamo masyarakat dusun Sarolangun ini saat ini para kalangan anak muda banyak yang tidak paham sehingga memang ini perlu kupas kembali bagaimana adat istiadat tersebut.
“Tanggal 3 September sebelumnya itu ada kegiatan pawai budaya star dari Alfalah dan finish di laman Basamo, kemudian dilanjutkan malam barame-rame yang ditampilkan teater Lapek semendi, kreatifitas TK paud untuk melakukan mengecap atau membatik Lapek Semendo, kemudian ada senam massal di laman Basamo dari unsur sekolah, SKPD dan masyarakat umum yang tertarik dengan kegiatan itu,” katanya.
Penulis : A.R Wahid Harahap