SAROLANGUN – Jumlah angka Stunting atau gizi buruk dan pernikahan pada usia dini yang dialami seorang anak tentu masih menjadi perhatian oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun, tak terkecuali Tim Penggerak PKK Kabupaten Sarolangun.
Pasalnya, selama masa pandemi covid-19 ini dikhawatirkan jumlah angka Stunting bisa saja meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Ketua PKK Sarolangun Ny Hj Rosita Endra pun mengingatkan pentingnya peran keluarga dalam mencegah terjadinya Stunting dan pernikahan pada usia dini. Sebab, melalui cakupan kehidupan keluarga diharapkan dapat melahirkan generasi yang berkualitas untuk mencegah stunting.
“Peran keluarga saya pikir sangat penting dalam mencegah stunting ini, karena masalah gizi buruk ini sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup keluarga,” kata Rosita, kepada awak media, Kamis (16/09/2021).
Oleh sebab itu, katanya, tim penggerak PKK kabupaten Sarolangun pun terus bergerak dalam mensosialisasikan program PKK, khususnya dalam penerapan pola makanan yang Bergizi, Beragam, Seimbang dan Aman (B2SA) dan Halalan Toyyiban.
Hal itu sebagai salah satu peran PKK dalam mendukung program pembangunan pemerintah Kabupaten Sarolangun.
Menurut Rosita, menu makan itu jangan hanya cuman enak di lidah seja, tapi juga harus sehat menyehatkan ke semua anggota tubuh.
“Maka kita selalu menghimbau agar menu asupan gizi makan anak untuk diperhatikan. Ikan sangat baik untuk pertumbuhan otak karena mengandung omega 3,” katanya.
Ia berharap dengan gerakan PKK ini, kedepan terjadi penurunan angka Stunting di Kabupaten Sarolangun yang menyebabkan pertumbuhan anak-anak menjadi tidak baik karena kekurangan gizi.
“Harapan kita itu, semoga PKK mulai dari desa, kecamatan hingga tingkat kabupaten terus tanpa henti mensosialisasikan ini,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa juga TP PKK Sarolangun juga terus menggalakan pemanfaatan pekarangan rumah dengan melakukan penanaman tanaman obat keluarga (TOGA), untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan keluarga.
“Kita kunjungi kemarin penilaian lomba 10 program PKK. Salah satunya program hatinya PKK, untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan tanaman obat untuk mengurangi pengeluaran, dan tentunya lebih baik menjaga dari pada mengobati,” katanya.
“Seperti kemarin, ada obat bengkak dan terkilir hanya dengan tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah. Dan ada juga temulawak, Alhamdulillah tanpa obat-obatan sudah turun sbsgtnya itu bagus sekali,” kata dia menambahkan.
Untuk kasus pernikahan dini, lanjut Rosita, tentunya peran keluarga juga sangat penting dalam mencegah hal itu terjadi. Sebab, usia pernikahan yang bagus itu pada usia 21 tahun. Apalagi pernikahan usia dini juga tentu ada dampak negatif yang dialami oleh anak.
“Kita juga menghimbau supaya untuk menghindari pernikahan dini dan jikalau mampu lebih baik untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kami sarankan orang tua agar tidak mendorong anaknya untuk nikah di usia dini dan mencegah anak untuk tidak terjun ke dalam pergaulan bebas,” katanya.(Ks1)