KABAR SAROLANGUN – Di tengah ibadah bulan puasa ramadhan 1444 Hijriyah, seorang Kakek berusia 62 tahun bernama Fahrizal Lubis Singgah di wilayah Kabupaten Sarolangun dari perjalanan kaki yang begitu panjang, Selasa (28/03/2023).
Fahrizal Lubis melakukan perjalanan dari Medan hendak menuju Papua dengan berjalan kaki sambil membawa tas gunung untuk perlengkapan selama dalam perjalanan dengan bertuliskan “Dari Medan, Rizal Lubis Ke Papua”.
Ketika ditemui media ini, Fahrizal Lubis mengaku melakukan perjalanan kaki tersebut untuk menunaikan nazar dirinya setelah sembuh dari kelumpuhan selama dua tahun lebih akibat kecelakaan lalu lintas di tol cipali pada 28 September 2018 silam.
” Tujuan saya untuk bayar nazar dari kecelakaan mobil pada tanggal 28 Desember 2018 di tol Cipali, antara jakarta-Jawa Tengah, mengakibatkan anak berusia 10 tahun dan ibunya meninggal dan 69 orang tewas dengan 29 mobil tabrakan beruntun,” katanya, saat dijumpai di pintu Masuk Kantor Bupati Sarolangun.
Fahrizal yang dalam kondisi sedang berpuasa itu mengaku nazar tersebut ditunaikan untuk berkeliling di Indonesia, dari Sabang hingga ke Papua. Menurutnya dirinya bisa menunaikan nazar tersebut hingga 4 tahun kedepan jika badan sehat dan panjang umur.
” Insa Allah 4 tahun kedepan perjalanan sampai ke Papua saya, kalau panjang umur dengan cara jalan kaki. Jadi enak kalau berjalan kaki, banyak orang katakan gilo, gilo bejalan itu jadilah,” katanya.
Di Provinsi Jambi, ia mengaku sudah berkeliling di lima Kabupaten/Kota, yakni Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Muara Bungo, Kabupaten Merangin dan terakhir baru sampai di Kabupaten Sarolangun.
” Sebelum Sarolangun itu saya kemarin sembilan hari di wilayah Kabupaten Merangin, Bangko. Untuk meliputi latar belakang kenakalan remaja. Saya ke Sarolangun ini tujuannya silaturrahmi diantara kita selaku warga NKRI harga mati,” katanya.
Kakek kelahiran Medan, 30 September 1960 itu mengaku telah melakukan perjalanan kami dari titik nol kota Sabang, Aceh, pada 10 April 2021 usai dinyatakan sembuh dari kelumpuhan. Di sana ia juga menyelidiki sejarah kejadian gempa tsunami 26 Desember 2004 kalau dilihat sudah 18 tahun usai kejadian gempa tsunami ini.
” Pesan saya, jangan sampai tergiur dengan apa yang bukan hak milik kita diambil, dan jikalau berkendaraan hormati lampu lalu lintas, dan hargai tugas polisi lalu lintas,” katanya.
Penulis : A.R Wahid Harahap